Senin, 19 November 2012

Ryu's first love story

Rasa ini sepertinya bukan perasaan biasa. karena ini kali pertama aku benar-benar menyukai seseorang. percayalah, aku tidak bohong sama sekali mengenai yang satu ini. aku benar-benar merasakan sesuatu yang berbeda ketika mulutku menyebut namanya, bercerita tentangnya. ketika tangan ini tak sengaja menyentuh jemarinya. bahkan ketika mataku menatap dalam matanya, aku bisa merasakan itu. rasa malu, gugup dan seperti jantung ini berhenti berdetak. apakah ini CINTA? apakah ini hanya kesalahan pada jantungku saja.
Tentu ini bukan kesalahan pada jantungku.
Aku belum bisa memastikan perasaan apa yang tumbuh ini. selama 19 tahun aku hidup di bumi ini, ini tentu menjadi pengalaman pertama dimana aku merasakan getaran berbeda ketika melihat si dia. hehehe... ini lucu bukan? begitu banyak teman pria ku yang hadir setiap langkah kehidupanku. begitu banyak teman pria yang dekat dan hampir aku jadikan pacarku. Tapi..... ini tentu berbeda. dia mengalihkan pandanganku. dia berhasil mencuri perhatianku. aku tak bisa mengelak. aku sudah melewati usia dimana aku harus mengenal cinta. dan di saat ini, hanya dia yang aku suka. hanya dia yang aku inginkan. hanya dia yang mampu melengkapi semua perjalananku setelah selama ini.
Aku dan dia belum mengenal satu sama lain. ini semacam kebetulan. kebetulan yang manis yang sudah sejak lama aku impikan.
'First Love at the first '. yaaa... mungkin inilah yang disebut jatuh cinta pada pandangan pertama.
aku mengenalnya secara tidak sengaja. heuum... aku ingat dengan jelas bagaimana aku mulai berani menepuk pundaknya. ketika itu, aku pikir tak akan ada reaksi apapun. ternyata.... aku salah. saat aku menepuk pundaknya dan mencoba berkomunikasi dengannya, aku gugup. bukan karena dia orang baru. tapi... entah kenapa aku menjadi deg-degan dan aku tak bisa berhenti tersenyum setelahnya. ini sungguh manis ^^

ohh yaa, ini adalah kisah nyata kehidupanku di umurku yang ke 19 tahun.
aku mengungkapkannya karena aku ingin berbagi kebahagiaan kepada kalian. by the way, kalian tentu bingung. siapa aku?
Namaku : Ryu.
Umurku : 19 th
Aku sangat suka menulis. menurut teman-temanku aku anak yang sangat naif. yaaa... karena aku memang agak kurang pandai dalam hal bergaul. aku sulit beradaptasi dengan suasana baru, karna itu membuatku sangat gugup. aku rasa ini cukup ^^

Good Bye.....

Minggu, 18 November 2012

Kim Jong Woon (The Last Part)


Laki-laki itu kemudian berpindah tempat duduk, dan duduk disampingku. Aku sudah curiga dengannya. Kemudian aku terkejut ketika ia tiba-tiba memelukku. Aku berteriak sekeras mungkin. Dia semakin memelukku erat. Dan… “berhentilah memberontak seperti itu. aku sangat merindukanmu.” Aku mengenali suara ini. Jong woon. Aku membalikkan badanku, dan melepaskan topi dan kacamata hitamnya. benar, ia kim jong woon. Aku spontan memeluknya. Aku meneteskan air mataku lagi. “oppa, aku takut. Aku kira kau orang jahat”
“tenanglah. Ini aku. Aku sudah pernah berjanji padamu untuk selalu menjagamu bukan?”
Dia tersenyum menatapku. Aku rindu senyumannya itu. aku benar-benar merindukannya. Aku senang ada dia di sampingku kini. Terima kasih tuhan kau telah menghadirkan ia kembali di sisiku kini. Tepat di hari ulang tahunnya.
“oppa, apa kau sehat? Apa kau sudah sembuh total? Kenapa kau pulang?” tanyaku khawatir.
“yaa, apa aku terlihat sakit saat ini?” dia tertawa kecil “aku sudah benar-benar pulih. Aku mendapatkan donor ginjalku disana. Begitu banyak uang yang keluargaku keluarkan untukku. Huwaaa.. apa aku harus mengganti semua itu dengan bekerja di perusahaan ayahku untuk seumur hidupku?” candanya. Aku tak tertawa bahkan tersenyum sedikitpun. Aku serius mengkhawatirkannya, namun mengapa dia menganggap semua ini sebuah bahan lelucon. Sangat terlalu. “kau tak perlu terlalu mengkhawatirkan ku. Aku sehat sekarang. Aku jauh lebih baik dengan ginjal baru di dalam tubuhku kini” dia tak pernah tersenyum selepas ini sebelumnya. Aku pun merasa lega melihatnya seperti itu. “kau? Apa selama aku tidak ada kau sudah punya pacar baru?” tanyanya tiba-tiba. “heeem…” aku tersenyum malu. Aku ingin membuatnya cemburu sekali-kali. Tapi, belum sempatku mengerjainya dia sudah menjawab yang tidak-tidak “aiish, aku sudah mengira ini sebelumnya. Kau mana mungkin berpaling ke lain hati. Kau kan sudah terlanjur jatuh cinta padaku. aku ini memang hebat.” Gosh, jawabannya itu benar-benar menyebalkan. Kenapa bisa ada manusia se-narsis itu di dunia ini? Mengerikan. Mimik wajahku berubah sekejap 360 derajat saat itu juga. Dan dia………
it’s the SECOND KISS !!!!
“saranghae…
“nado saranghae oppa”
            Inilah kisah cintaku bersama jong woon. Pada akhirnya kami benar-benar menjalani semuanya seperti semula. Jong woon kembali sehat, dan kini ia sedang melanjutkan kuliahnya kembali. Aku? Sedang persiapan ujian akhir dan siap menerima gelar sarjana di jurusan design interior. Statusku pun tetap sebagai kekasih dari KIM JONG WOON.
Kini ia menjadi seorang penyanyi terkenal kelas internasional bersama teman-temannya di SUPER JUNIOR. Ia sangat beruntung. Setelah semua kejadian yang telah ia alami, kini ia mendapatkan balasan yang membuatnya sangat bahagia. Karena jadwal super junior sangat padat, dan jong woon memutuskan untuk bertunangan denganku. Dia bilang dia tak mau aku sampai diambil oleh orang lain. Dan alasan lainnya, ialah agar aku bisa terus bersamanya selama kariernya berlangsung. Tidak Cuma menjadi artis, dia juga menjadi pengusaha sukses dengan membuka restoran dan coffee shop di berbagai wilayah korea, khususnya seoul.

_The end_

Kim Jong Woon (Part 4)


Aku mengikuti langkah kaki bibik itu sampai menuju di satu ruangan. Pintu berwarna coklat ini begitu dingin. Entah mengapa aku begitu berdebar ketika menggenggam gagang pintu kamar itu. aku membukanya. Aku membuka kamar itu. setelah membukanya, dengkulku ku begitu lemas, aku jatuh di lantai begitu saja. Air mata ku menitik tanpa seizinku. Aku… melihat berbagai hal yang bisa membuatku menangis tanpa henti. Kamar itu begitu harum dan bersih. Terlihat bingkai besar dengan susunan banyak foto di dalamnya, dan membentuk gambaran wajahku sedang tersenyum. Kapan ia membuat ini? Seluruh waktunya ia gunakan untuk kuliah dan pergi bersamaku. Foto-fotoku tertempel di dinding. Di sisi dinding lainnya, terdapat foto kami berdua. Di awal pertemuan kami sampai hari-hari kami semenjak kami menjadi sepasang kekasih. Di setiap foto, terdapat tanggal dan hari bahkan jam berapa foto itu diambil. Dia menempelkan itu semua di dinding kamarnya. Kemudian, aku terduduk di kasur miliknya. Di atas bantal terdapat sebuah buku. Seperti buku diary. Apa ini milik jong woon? Aku mengambil buku itu dan perlahan aku membukanya. Di halaman pertama…
Dia menceritakan di saat pertama dia mulai menyukaiku. Cerita itu belanjut dan terus berlanjut. Sampai kira-kira satu tahun buku itu tanpa ceritanya lagi. di halaman itu hanya terdapat satu kalimat yaitu:I love you yang ditulisnya tepat di tanggal ulang tahunku, 05 juni. Namun, tepat di tanggal 24 oktober dia mengisinya kembali. Dia mengisinya dengan cerita awal pertemuan kami. Pertengkaran di malam menyedihkan itu. semuanya ia tuangkan dalam buku berwarna coklat kulit nan tua itu. semua kejadian menyenangkan, menyebalkan sampai yang meneteskan air mata ia ceritakan di buku ini. Terakhir, ia hanya menuliskan bahwa ia akan memberi tahukan semuanya padaku. Yaaa… cerita mengenai penyakitnya itu. aku sempat menjatuhkan air mataku di atas buku diary jong woon. Aku tak menyangka bahwa ia segitu tulusnya mencintaiku selama ini. Tak pernah sebelumnya ada lelaki seperti itu di dalam hidupku. Sebelumnya hanya ada kumpulan lelaki pecundang yang mengisi hari-hariku. Tersadar sesaat, aku menutup buku itu dan menaruhnya kembali di tempat semula. Aku keluar kamar jong woon dan mencari bibik tadi. Dia sedang membersihkan ruang tamu di rumah ini. “chogi, sebenarnya jong woon pergi kemana? Aku sangat khawatir dengan keadaannya” bibik itu tidak menggubris pertanyaanku. Dia tetap membersihkan meja. “excuse me.” Bibik itu kemudian menatap mataku, “eropa”. “mwo?!?!?” aku berteriak. Aku terdiam karena terkejut. Lalu sewaktu aku bertanya untuk apa jong woon pergi kesana dia kemudian menjawab “tuan muda pergi ke eropa untuk mencari donor ginjal. Jika bukan karena dirimu, aku rasa dia sudah menyerah dengan operasi pencangkokan ginjal tersebut. Dia bilang padaku semalam, bahwa ia berubah pikiran. Ia ingin terus hidup untuk terus bersamamu dan menjagamu sebaik mungkin. Ia tak akan pernah menginggkari janjinya. Ia adalah seseorang yang selalu tepat janji. Aku sangat berterima kasih padamu nona” ucapnya panjang lebar. Tanpa banyak kata-kata aku pulang. Aku berlari ke kamarku dan menguncinya rapat-rapat. Aku menangis sambil memegang bingkai foto kecil yang tak lain adalah foto kami berdua. aku menangis sampai-sampai aku tertidur di lantai dengan wajah yang basah karena air mataku sendiri.

2 tahun sudah aku tak mendengar kabar dari jong woon.
Aku berulang kali mendatangi rumahnya, eopseo. Aku kini menyibukkan diriku dengan segudang kegiatan, agar aku bisa melupakan jong woon. Walau sebenarnya itu sulit ku lakukan. Sekeras apapun aku mencoba melupakannya, aku malah teringat dengannya. Yang aku bisa lakukan hanya berdoa dan berdoa agar jong woon selalu sehat dan semoga ia berhasil menemukan donor ginjal yang cocok dengannya. Dan semoga pencangkokan ginjalnya berjalan dengan lancar. Aku selalu mendoakan yang terbaik untuknya, walau aku tak pernah tau bagaimana kabar dirinya kini. Dan dimana dia.
Tepat hari sabtu, tanggal 24 agustus.
Hari ini adalah hari ulang tahun jong woon. Aku sengaja membeli tiramisu kesukaannya dan aku tak lupa menaruh satu lilin kecil diatasnya. Aku berniat membawa kue itu ke dalam little little candy dan merayakannya sendiri disana. Terlalu ramai disini, sampai-sampai aku mengantri untuk menaiki little little candy. Tempat dimana aku terakhir kali bertemu dengannya. Sayang kali ini aku harus berbagi ruangan little candy itu dengan seorang lelaki bermantelkan hitam dengan topi dan kaca mata hitamnya. Aku duduk berhadapan dengannya. “saengil chukkae hamnida.. saengil chukkae hamnida saranghandan nae oppa, saengil chukkae hamnida” aku bernyanyi sendiri. Lelaki itu ku kira ia tak memperdulikanku. Aku meniup lilinnya kemudian menatap gemerlap kota seoul dari ketinggian. Aku berharap jong woon ada disini. Kemudian, tak lama little candy terhenti di puncak teratas. Aku ketakutan, tapi… aku malu pada lelaki di depanku ini jika aku berteriak ketakutan. Biasanya ada jong woon yang bersedia memelukku jika aku sedang ketakutan seperti ini.

Kim Jong Woon (part 3)

Setelah cukup lama, ia berdiri dan bilang “aku tunggu kau di taman bermain, malam ini. Jam 8. Di depan little little candy” lalu ia berlalu dan pulang. Little little candy merupakan komedi putar yang menjadi favorit semua pasangan kekasih di korea. Aku bersiap-siap kemudian. Aku berdandan secantik mungkin. Aku mengenakan dress berwarna putih dan sepatu high heels dengan hak yang tidak begitu tinggi dan bertali berwarna hitam.
Rambutku ku biarkan terurai. Aku juga menyemprotkan parfum ke seluruh tubuhku. Aku rasa aku sudah cantik. Kali ini aku tak ingin membawa mobilku, aku memesan taksi untuk mengantarku ke taman itu. walaupun jaraknya tidak begitu jauh, tetap saja aku tak mau kecantikanku malam ini luntur karena aku harus menyetir mobilku sendiri. Its perfect !!! like princess.
Sesampainya disana. Aku heran dan bingung. Disini begitu sepi. Tidak ada satupun yang bermain di area ini. Tidak seperti biasanya. Namun, semua wahana menyala. Lampunya pun begitu terang. Apa-apaan ini? Apa jong woon sedang mengerjaiku sekarang? Aku tak percaya. Apa yang harus aku lakukan di tempat se-sepi ini? Aku kemudian mencoba melangkahkan kaki untuk memasuki arena taman bermain ini. Tak ada seorangpun kecuali para penjaga dan petugas di taman bermain ini. Loket membeli tiket masuk saja tidak berpenghuni malam ini. Aku melihat sekeliling. Benar-benar sepi.
Aku kemudian masuk dan menuju little little candy. Jong woon. Dia sudah berdiri disana. Dengan jas berwarna hitam. Aku mendekatinya di begitu wangi dan rapi malam ini. Sangat tampan. “oppa” aku memanggilnya. “hem, kau sudah datang. Baiklah ayo kita naik ini. Kaja!!!” aku pun tanpa banyak bertanya langsung masuk ke dalam little little candy ini. Bergerak. Perlahan menuju puncak tertinggi. Aku dapat melihat indahnya kota seoul di malam hari dari sini. Aku terpesona dengan semua keindahan ini. “kau senang?” tanyanya. Aku mengangguk bahagia. Ini adalah kencan ter- romantis yang pernah aku alami. Begitu sederhana, namun dapat melelehkan hatiku dalam sekejap. Tiba-tiba saja jong woon memelukku dari belakang, kepalanya bersandar di bahuku. Aku tak berkutik. Seakan badanku telah kaku dibuatnya. “oppa…”
“biarkan aku memelukmu seperti ini. Hanya lima menit. jebal~”
“oppa…”
“waktuku tidak banyak. Mungkin hanya hari ini, atau dua hari lagi, atau bahkan tinggal lima menit lagi? jadi, aku mohon biarkan aku memilikimu malam ini. Seperti ini, sebentar saja.”
Aku terdiam. Aku ingin menangis tak tau kenapa. Aku merasa ada sesuatu yang aneh dengan dirinya. Perasaanku menjadi tidak enak. Semoga tidak terjadi apa-apa. doaku dalam hati.
“aku… mungkin waktuku tak banyak lagi. aku ingin kau terus bersama denganku, tapi itu tidak mungkin. Kau masih berhak untuk menjalani masa depanmu itu.”
“apa maksudmu oppa?” tanyaku sambil melepaskan pelukannya dan berbalik menatapnya. Dia terdiam cukup lama. Tak ada satu kata pun yang terucap darinya. Aku penasaran. Dan terus saja menatap kearah dirinya. “kau tau? Aku begitu bodoh. Aku membiarkanmu jatuh cinta pada orang sepertiku, aku tak seharusnya melakukan itu.” dia meneteskan air matanya di hadapanku. Itu pertama kalinya aku melihat langsung air mata jong woon. Dia terlihat begitu terbebani. Seakan ada masalah berat yang menimpa kehidupannya. Aku memegang pipinya. Dan membuatnya menatap ku. “ada apa oppa? Ceritakan semuanya.”
“belum ada sampai saat ini”
“mwo?”
“donor ginjal untukku. Aku mungkin bisa mati. Karena donor ginjal selama ini, belum ada yang cocok denganku. Aku selalu membuatmu berpikir bahwa aku baik-baik saja, iya kan? Aku sengaja melakukan itu. kau…”
“waeyo? Waeyo oppa?” aku menitikkan air mataku.
“kau… kau hanya boleh melihatku dalam keadaan tersenyum manis, terlihat sehat dan bahagia. Sedangkan, semua kesedihan ku, air mataku hanya aku dan tuhan yang mengetahuinya. Aku tak ingin melihatmu berjalan kaki menuju rumahmu dalam keadaan hujan deras. Aku tak ingin kau sakit.”
“kau tau oppa? Aku sudah sakit saat ini. Kau membiarkanku terus saja begini. Tersenyum seakan-akan tak terjadi apa-apa. padahal orang yang kucintai sedang menderita. Apa ini yang disebut kekasih? Kau menyembunyikan semuanya dengan baik. Sampai aku merasa telah dibodohi sampai sejauh ini. Kau… kau jahat oppa”
“yaa.. aku memang jahat. Tapi aku melakukan ini karena aku begitu menyayangimu. Apa aku salah? Aku tak akan membiarkan siapapun membuatmu menangis dibawah hujan. Walaupun itu diriku sendiri”
Aku memukulnya sekeras mungkin. Aku bahkan menamparnya. Aku marah padanya. Dia menyembunyikan semua ini satu tahun, dan sampai sejauh itu aku tidak mengetahuinya. Kekasih macam apa aku??? Orang yang ku sayangi hampir mati, umurnya kini diujung tanduk kematian, dan aku baru mengetahuinya sekarang? Dia benar-benar keterlaluan. Tak punya perasaan. “pukul aku sepuasmu. Setelah itu aku tidak bisa menemanimu lagi, menjagamu dan bermain bersama denganmu. Hari ini kau boleh perlakukan ku semaumu nadia. Nae yeojachingu.” Aku menangis. Tubuhku melemas tak berdaya. Aku tak percaya semua ini dan semua ucapannya. “saranghae nadia. Sinca sarangahe.” Kemudian ia berlutut di hadapanku dan memegang tanganku. Dia memasukkan cincin ke jari manisku. Aku tak bisa menghentikan tangisanku. “disaat aku tak menemukan donor ginjal untukku, dan disaat waktuku telah habis berjanjilah untuk selalu mengingatku di dalam hatimu. Berjanjilah kau akan selalu mengingat semuanya. Berjanjilah.” Aku menangis tak kunjung henti. Aku menggelengkan kepalaku “aniyo oppa. Kau tidak akan meninggalkan ku. Kau tidak akan membiarkanku sendirian oppa. Kau pernah berjanji akan selalu disampingku. Kau akan mendapatkan donor ginjal itu oppa”. Dia tak menjawab, dia hanya tersenyum manis. “saranghae~” dia mencium keningku dan pipiku. Senyumnya itu begitu manis sampai aku tak ingin melepaskannya dari hidupku. Kemudian dia juga menciumku dengan lembut. Ciuman malam itu adalah first kiss untukku. Begitu indah memang, tapi juga begitu menyakitkan. Hatiku terasa sakit seperti ada sesuatu yang menekan hatiku. Begitu sakit. Aku sangat berharap bahwa semua yang ia katakan malam ini adalah bohong. Aku begitu sedih dan sakit saat mendengar kenyataan itu. malam itu berlalu begitu saja. Hanya meninggalkan kesedihan mendalam di hatiku. Aku hanya mengurung diriku di kamar, anehnya jong woon tidak menelfonku atau mengirimkan sms padaku untuk menanyakan kabarku. Ada yang aneh. Aku memutuskan keluar kamar dan pergi menemuinya di rumah.
Ting tong….
Aku membunyikan bel rumahnya.
Berharap dia yang membukakan pintu untukku. Ternyata aku salah. Pembantu rumah tangganyalah yang keluar dan membukakan pintu untukku.
“annyeong, apa ada jong woon?”
“ohh, tidak ada. Jong woon-ssi sudah pergi dari tadi pagi. Tapi ia menitipkan pesan padaku. Jika ada wanita yang mencarinya, aku dimintanya untuk mengantarkanmu ke kamarnya”
“ne, gomawo” 

Kim Jong Woon (Part 2)


Sangat mengerikan. Kejadian semalam itu terus saja menghantui pikiran ku. Aku pun jadi tidak konsen untuk mengikuti perkuliahaan. Otak ku terus saja memikirkan kata-katanya semalam. Aiish, aku hampir gila dibuatnya. Yang tak habis pikir adalah ketika ia mengatakan bahwa ia telah menyukai ku selama 2 tahun. Apa benar? Tapi aku tidak pernah ingat dan aku juga tak pernah mengenal dia sebelumnya. Melihat wajahnya pun baru kali pertama, yaaa.. pas kejadian malam itu.
Aku duduk di taman dengan tatapan mata kosong. Mataku terus menatap ke depan dan tak berkedip. Entah mengapa aku tak bisa berhenti memikirkan si jong woon aneh itu.
“kau tak perlu heran atau bingung. Aku memang mengenalmu sejak lama, aku senang memperhatikan dirimu. Walaupun kau tak pernah mengenalku, tapi aku tak pernah mengharapkan itu”
Ada seseorang. Aku benar-benar kaget, jong woon kini tepat disamping ku. “apa kau hantu? Sejak kapan kau duduk disampingku?” tanyaku shock. Aku tidak menyadari akan kehadirannya di sampingku. Di menatapku lembut, dan tersenyum manis walau aku membentak dirinya. Siapa dia sebenarnya?
“aku… belum lama disini. Apa kau terkejut? Yaah, itulah dirimu. Tak pernah menyadari kehadiran orang lain di sekitarmu”. Dia sangat aneh. Aku sangat penasaran dengan dirinya dan siapa dia sebenarnya. “pergilah. Aku sedang tak ingin mendengarkan ocehanmu itu jong woon” ucapku dingin. Dia berdiri dan menatap air mancur yang berada di tengah taman itu. Merasakan angin yang berhembus dan menyapu poni yang ada di dahinya. Aku hanya menatapnya dengan tatapan penuh tanda tanya siapa dia. “aku.. adalah anak culun, tak bergaya, berasal dari keluarga sederhana dan aku satu sekolah dengan mu. Tapi sayangnya kau tak pernah menyadari keberadaan ku saat itu. Sama seperti saat ini.” Aku tetap tak mengerti kemana arah pembicaraannya itu. “aku selalu ada di belakang mu. Tapi kau… bahkan tak pernah melihat ke belakang walau hanya sekali, aku terima itu. Karena memang tak ada yang pernah menyadari kehadiranku. Aku suka caramu menatap seseorang, aku suka rambutmu ketika terurai dan aku suka senyum tulusmu itu. ippeuda~” terhenti sejenak dengan wajah tetap tersenyum manis itu, kemudian…
“sangat memalukan saat itu jika aku tiba-tiba muncul di hadapan mu dengan keadaan seperti itu. Aku sangat buruk rupa dan begitu menjijikan. Apa kau ingat padaku?” badannya berbalik dan aku hanya tertunduk. Aku tak berani menatap matanya. “aiiiish, paboya!! Aku tak seharusnya mengatakan ini padamu. Aku memang bodoh. Kau tak akan pernah mengingat…” belum selesai ia berbicara aku menyelanya dan “kau. Si culun yang sering di permalukan di depan kelas. Kau. Yesung. Apa aku benar?” aku masih tak berani menatapnya dan masih takut untuk mendengar semua jawabannya. Dia berlutut di depan ku dan menggenggam tanganku. Perlahan aku menatap dalam ke arah matanya. “gomawo” jawabnya sambil tersenyum. “for what?”
“terima kasih kau telah mengingatku kini. Aku senang. Aku tidak akan memintamu untuk melakukan banyak hal berat, dengan kau sudah mengingatku, aku sudah bahagia. jinjja gomawo” senyum manisnya itu sangat tulus. Aku… kini ku tersadar. Aku ini adalah gadis bodoh yang buta. Aku tak pernah menyadari ada lelaki baik hati dan tulus menyukaiku selama 2 tahun tapi aku tidak menyadari itu. Aku benar-benar bodoh. Reflek aku meneteskan air mata di depannya “mianhae. Jeongmal mianhae yesung” air mataku semakin deras membasahi wajahku. “gwaenchana” dia menjawabnya sambil menghapus air mata ku.
“aku berubah seperti ini hanya untukmu. Aku, selama 2 tahun itu terus mengumpulkan keberanianku untuk menegurmu. Dan… maafkan aku atas kejadian malam itu. dimana aku berkata kasar. Aku bingung apa yang harus aku katakan di depanmu saat itu. mianhae..”, aku hanya terdiam mendengarnya. Tak ada reaksi sedikitpun. Aku memang baru saja mengenalnya dan menyadari kehadirannya di dalam hidupku. Tapi, aku tak tahu mengapa seperti sudah mengenalnya sejak lama. Aku benar-benar bodoh. Tak sedikitpun aku menyadari kehadiran seorang malaikat seperti dirinya. Aku rasa aku mulai menyukainya.
Seiring berjalaannya waktu, kita menjadi sangat dekat seperti oppa dan dongsaeng. Sangat menyenangkan. Ia menjadi tempatku mengeluarkan semua isi hatiku. Dia juga selalu membantuku menyelesaikan masalah. Kedekatan kami membuat kami merasakan hal yang berbeda. Aku mulai mencintainya. Aku juga menyayanginya. Aku tak pernah mengira akan perasaan macam ini dalam hatiku. Karena perasaan itulah akhirnya kami memutuskan untuk menjadi sepasang kekasih. Hari-hariku begitu indah dan menyenangkan bersama orang yang dulunya tak pernah ku anggap kehadirannya. Dia KIM JONG WOON. Dia kini resmi menjadi kekasihku.  
Hampir satu tahun sudah kami menjalin hubungan.                                                                   
Tak ada masalah berarti selama ini yang mengganggu kami. Aku tak pernah merasakan ini sebelumnya. Begitu membahagiakan. Tapi… ada yang aneh dengan jong woon akhir-akhir ini. Ia setiap hari selasa, rabu dan jumat selalu berpergian sendiri. Awalnya aku membiarkannya seperti itu. Tapi, lama kelamaan ada yang aneh. Apa mungkin ia selingkuh di belakangku? Pikirku negative. Ada rasa trauma dan cemas yang kini menghantuiku. Aku takut masa lalu ku dengan semua mantan pacarku terulang kembali. Rasa curiga ku akhirnya membawaku mengendarai mobilku dan mengikutinya dari belakang. Aku tak tau mau kemana ia akan pergi. Aku hanya mengikuti arah kemana mobilnya melaju. 45 menit perjalanan dia berhenti tepat di depan sebuah gedung besar. Rumah sakit.
Begitu banyak tanda tanya di dalam otakku kini. Apa yang mau ia lakukan di rumah sakit? Memang ada yang sakit? Atau dia yang sakit? Tidak mungkin. Ia selama ini selalu terlihat sehat dan segar. Ia memasuki rumah sakit itu. Aku pun mengikutinya masuk ke dalam. Dan ia masuk ke ruang dokter. Apa yang ia lakukan? Aku masih tak mengerti. Aku berusaha menguping pembicaraan mereka dari depan pintu ruangan itu. Kebetulan pintunya tidak di kunci dengan benar, jadi aku bisa mendengar pembicaraan mereka dengan jelas.
Dokter            : selamat siang jong woon. Apa kabarmu hari ini?
JW                  : siang. Aku selalu baik.
Dokter            : baguslah. Wajahmu kini lebih terlihat segar. Apa obat dari ku berfungsi dengan baik? Hahaha…
JW                 : *tersenyum manis* aku tidak tau apa obat itu berfungsi atau tidak, tapi aku kini mempuyai obat ampuh untuk itu.
Dokter            : apa itu?
JW                 : jatuh cinta. Itu obatnya.
Dokter            : begitukah? Ahahahaha.. sepertinya kau telah menemukan soulmate mu ya.
Sebenarnya apa yang mereka ingin bicarakan. Aku sama sekali tak mengerti. Obat apa? memangnya jong woon sakit apa? dia tak pernah mengatakannya padaku.
JW                  : aku selalu mencoba menjadi yang terbaik untuknya.
Dokter            : apa dia sudah tau?
JW                  : *menggelengkan kepala*
Dokter            : kau… apa yang sedang kau pikirkan? Kau membiarkannya berada dalam semua kebohonganmu, begitu? Ini yang kau inginkan? Ini yang kau bilang melakukan yang terbaik?
JW                  : aku tak ingin membuatnya menangis di bawah rintikan hujan. Dia akan sakit.
Dokter            : dia akan lebih sakit jika kau terus menyembunyikan ini darinya.
                          Berhentilah bersembunyi.
JW                  : aku hanya ingin memberikan senyuman dan tawa ku saja di depannya, tidak untuk semua air mata ku.
Dokter            : jong woon. Kau…benar-benar mencintainya? Begitukah? Baiklah. Lakukan apa yang menurutmu baik.
JW                 : *berdiri dan keluar*
Aku berpura-pura sebagai pasien yang sedang menunggu.
Dari pembicaraan di antara mereka, kesimpulannya hanya satu. Jong woon menyimpan sebuah rahasia. Apa itu? dia tak pernah mengatakannya padaku. Begitulah jong woon, dia selalu berhasil menjadi orang misterius di sampingku. Dia selalu membuatku terus menyimpan tanda tanya akan dirinya. Apa yang ia sembunyikan dariku?
Sesampainya di rumah, aku terkejut. Jong woon sudah ada di depan rumah ku. Dia duduk sambil tersenyum ketika melihat mobilku parkir di garasi rumah. “annyeong oppa. Sudah lama menungguku?” tanyaku pelan. “tidak, aku baru saja sampai” jawabnya. Kami kemudian masuk ke dalam rumah. Berbincang-bincang. Aku tak mau menanyakan hal tersebut sampai ia yang akan mengatakannya sendiri padaku. Di tengah pembicaraan kami, jong woon sempat terdiam sejenak. Seperti memikirkan sesuatu. “ada apa oppa?” tanyaku penasaran. Berharap ia akan mengatakan semuanya mengenai rahasianya padaku. “aniyo. Gwenchana.” Jawabnya. “are you sure?” tanyaku lagi. namun dia hanya mengangguk dan tersenyum padaku. Aku rasa ia belum siap mengatakannya padaku sekarang.

Kim Jong Woon

 Di awal pertemuan kami, benar-benar menyebalkan.
            Hari itu hujan turun deras sekali. Aku dengan diriku yang terlanjur basah kuyup membiarkan diriku terus begitu di bawah rintikan air hujan. Aku menangis sejadi-jadinya. Aku terjatuh dan kaki ku terluka. Benar-benar hari yang menyedihkan. Setelah lama aku berjalan tanpa tujuan, aku duduk di depan sebuah gedung. Aku seperti orang bodoh saat itu. Semuanya berawal dari mantan pacarku yang playboy itu. Sungguh, aku sudah di butakan oleh cinta. Cinta yang membuatku harus jatuh ke dalam pahitnya patah hati. Aku di dua-kan dengan wanita yang ternyata adalah sahabatku sendiri.
            Sepertinya cerita ini adalah cerita yang membosankan bagi sebagian orang. Sudah banyak orang yang mengalami kejadian ini. Tapi, ini adalah kali pertama aku merasakannya langsung di hidupku. Begitu naas dan menyakitkan ku. Pacarku, ohh tidak. Dia kini adalah mantanku yang harus dengan segera aku lupakan. Aku tidak boleh terpuruk oleh semua ini. Ini hanya segelintir masalah dalam perjalanan hidupku selama 17 tahun aku hidup. Sebelum kejadian ini kejadian yang lebih berat sudah pernah aku alami. Yaitu, saat dimana aku harus menerima kenyataan bahwa ayahku sudah tiada. Beliau pergi meninggalkan keluarganya untuk selama-lamanya. Kejadian itu harusnya bisa membuatku lebih dewasa dibandingkan dengan anak remaja lainnya yang seumur dengan ku.
Aku masih menangis sambil meratapi nasibku yang di tinggalkan oleh pria tak berguna yang lebih memilih untuk bersama wanita lain. Sangat…sangat…sangat memalukan jika ada seseorang yang melihatku dengan keadaan seperti ini. Tidak berapa lama, seorang pria tinggi dengan badan proporsional ditambah dengan wajah tampannya itu berdiri di depan ku, sambil memegang payung ia berkata “menyingkirlah”. Entah kenapa aku tersinggung dengan kata-katanya itu. Aku berdiri dan menatap matanya dengan tatapan marah. “kau. Menghalangi jalan ku, menyingkirlah” katanya lagi. haaah? Mwo? Aku tidak percaya ada laki-laki tak berperasaan seperti dia di dunia ini. Melihat anak gadis sedang menangis, harusnya ia menanyakan apa aku baik-baik saja? atau ada apa dengan mu? Bukan malah mengusirku. Aku marah dan membentak-bentak dirinya sambil memukulnya. Rasanya aku saat itu ingin membunuhnya langsung dan membuangnya ke segitiga biru. Agar ia tidak muncul di depan ku lagi.

3 bulan setelah kejadian itu….
Aku sudah lulus dari SMA dan melanjutkan pendidikanku ke universitas. Sangat menyenangkan. Akhirnya aku bisa merasakan bagaimana rasanya menjadi mahasiswa. Berpakaian bebas, tanpa ada aturan kelas, tugas piket, dan hal lainnya. Dan aku pun sudah melupakan laki-laki tak berguna yang pernah ada di hidupku itu. Karena aku sudah punya yang baru !!!!
Di universitas ini aku mengambil jurusan design interior. Aku senang men-design sebuah ruangan kosong agar terlihat lebih indah, nyaman dan menarik. Haaah, aku tidak sabar untuk segera lulus dari universitas ini. Ini adalah hari ke-7 aku berkuliah di kampus ini. Sangat nyaman dan menyenangkan. Tapi……. Tidak lagi. gosh !!! aku bertemu dengan laki-laki tak berperasaan itu lagi di area sekitar kampus ku. Apa yang ia lakukan disini????
Aku terus mengawasinya dari kejauhan. Apa dia punya teman yang kuliah disini juga? Atau jangan-jangan salah sanak keluarganya menjadi dosen disini?? Pikirku negative. Yang benar saja aku harus bertemu manusia itu lagi. amit-amit cabang bayi deh.
Aku dan teman-temanku akhirnya meninggalkan kantin. Tiba-tiba…
“tunggu” seseorang memanggil diantara kami.
“sapu tanganmu terjatuh”
Aku segera mengecek tas ku. Dan benar saja, sapu tangan pemberian ayahku tidak ada di dalam tas ku lagi. Aku berbalik dan what??? Laki-laki ini lagi. “kau? Gadis liar yang beberapa waktu lalu bertengkar dengan ku di depan tempat les-ku kan?” astaga !!! aku pikir ia sudah lupa dengan kejadian malam itu. Aku dengan segera menyamber sapu tanganku yang di pegang olehnya. “thanks” ucapku cepat. Aku sudah tak ingin melihat wajahnya lagi.
Semenjak aku tau dari teman-temanku bahwa dia berkuliah di tempat ku, aku mendadak shock. Aku rasa kuliah ku tidak akan aman dan nyaman bila ia tetap berkuliah di tempat yang sama dengan ku. Untung dia tidak mengambil jurusan yang sama dengan ku. Aku bisa gila bila itu terjadi. Hari-hari ku di kampus kini tidak seindah dulu sewaktu aku belum tau bahwa laki-laki yang sampai sekarang aku belum ketahui namanya itu berkuliah di universitas yang sama dengan ku. Menyebalkan. Kenapa semenjak hari itu aku selalu bertemu dengannya????
            Tepat sehari setelah hari valentine, aku kembali menangis. Apalagi masalahnya kalau bukan karena pacarku yang ternyata playboy juga seperti yang dulu. Begitu menyedihkan. Aku berjalan kaki menuju rumahku. Aku tak berniat naik taksi atau angkutan lain. Bukan karena aku tak punya uang untuk membayar ongkos, tapi aku tak ingin ada seseorang yang melihatku dengan keadaan seperti ini. Menangis dan menangis, hanya itu yang aku bisa. Aku selalu terpuruk di jalan ini. Aku rasa aku tak pintar dalam memilih pria untuk di jadikan pacar. Hujannya berhenti. Aku rasa tuhan takut aku sakit. Aku mengadahkan kepalaku ke atas. Kenapa langitnya begitu gelap gulita? Tak ada bintang maupun bulan. Apa yang terjadi?
“apa di setiap kau patah hati kau harus terus berhujan-hujanan ria? Kau itu sudah dewasa. Tak pantas kau melakukan hal konyol itu di umur mu yang sudah ke 18 tahun” seseorang berbicara. Siapa itu? Perlahan aku memutar balikkan badan ku dan… tidak mungkin. Pria tak berperasaan itu lagi??!!! kenapa dia selalu ada dimana-mana? Kenapa juga harus dia yang selalu melihatku dalam keadaan seperti ini?!! Sungguh memalukan. Dia memayungiku dengan payung hitam yang biasa ia bawa. “apa yang kau lakukan? Singkirkan payung mu itu dari atas kepala ku”. Baru satu detik setelah aku berbicara seperti itu, dia dengan cepat menyingkirkan payungnya. Huuf.. benar-benar tak berperasaan. Apa dia selalu begitu pada setiap wanita??? Cerutukku dalam hati sendiri.
“apa kau tau kalau kau itu wanita bodoh?” ucapnya sambil berjalan melaluiku.
“mwoya ige?? Yaa!!! Apa maksudmu berkata seperti itu pada ku?”
“setiap pertemuan kita, kau pasti sedang menangis di bawah rintikan hujan. Dan di setiap itu juga kau selalu menjadikan ku bahan pelampiasan hatimu. Aku benar kan?” tanya pria itu setengah tersenyum kepadaku. Semua kata-katanya benar. Aku tak dapat menyangkalnya. Aku tertunduk. Seketika ia merangkul pundakku, aku sempat berontak dan dia semakin keras merangkulku. Aku menatap matanya “lepaskan aku”. Namun, dia tetap tak mau melepaskannya juga. “apa kau tidak takut sakit? Kau selalu saja hujan-hujanan. Itu akan membuatmu cepat mati. Apa kau tau itu?”. Mati katanya? Haaa, laki-laki ini benar-benar menyebalkan. Aku masih mencoba melepaskan rangkulannya. Dan dia tetap merangkulku kembali saat tangannya lepas dari pundakku. “nama ku jong woon. Kim jong woon. Ingatlah selalu itu” belum sempat ku berbicara untuk menjawabnya dia melanjutkan kembali bicaranya “buatmu aku ini menyebalkan. Aku benar kan? Semenjak pertemuan pertama kita, aku tau itu. Tatapan mata mu itu sudah menjawab semuanya. Walaupun aku tak mengerti kenapa dan tak tau alasannya apa” aku segera memotong pembicaraannya.
“sebenarnya apa yang ingin kau katakan kim jong woon? Aku sama sekali tak mengerti apa yang kau bicarakan”
Dia hanya tersenyum. “aku pun sama. Aku tak mengerti apa yang aku bicarakan saat ini”
“so?” langkahnya terhenti.
“jadi ini seperti hatimu kan?” ucapnya sambil menatap ku lembut.
“apa maksudmu”
“kau bahkan tak tau siapa dan apa yang kau inginkan. Untuk memilih pria baik saja kau tidak tau caranya. PABO!!!” suaranya meninggi.
“apa peduli mu? Kau bahkan tak mengenalku. Berani sekali kau menceramahiku seperti ini”
“bagaimana mungkin aku tidak peduli terhadap wanita yang aku sukai sejak 2 tahun lalu?”
Aku menatapnya dan tak berkedip sedikitpun. Apa yang barusan ia katakan? Tidak bisa dipercaya. “MWO??? Neo michinyo?!?!?” aku pun berteriak di depannya. Tapi ia hanya tersenyum kecil “sudah sampai. Ini rumahmu kan? Masuklah dan keringkan dirimu itu.” Dia pergi begitu saja. Apa-apaan ini? Dia menganggap ku apa?
Tak henti-hentinya aku memikirkan itu. “Dia. dengan mudahnya mengatakan suka padaku. Dan darimana ia mengetahui alamat rumahku??!  2 tahun??? Aku tak ingat aku pernah punya teman SMA seperti dia” aku jadi tak bisa tidur dan terus berbicara sendiri di dalam kamarku. Hati ku dan otak ku rasanya seperti ada yang mengganjal. Aku berharap kejadian semalam adalah mimpi. Cuma mimpi. 

Selasa, 13 November 2012

I'm so sorry... (part 2)


“Hari ini hujan deras sekali, padahal aku bermaksud ingin mengajak kibum piknik” ucap bomi sambil berdiri di balik kaca jendela rumahnya. Ia pun dengan cepat menelpon kibum.

Bomi               : yeoboseo, kibum-ssi
Kibum            : ya, bomi. Ada apa?
Bomi               : apa kau ada waktu hari ini?
Kibum            : ya, memangnya ada apa?
Bomi               : aku ingin mengajakmu piknik jika hujannya reda nanti
Kibum            : baiklah. Nanti aku jemput^^
Bomi               : heeum, aku tunggu!

Seakan cuaca hari itu mendukung rencana bomi, hujan pun mulai berhenti.
Kibum pun sudah datang. Dengan cepat mereka berdua menuju taman yang bomi inginkan untuk tempat mereka piknik.
Semuanya sudah bomi siapkan, dari makanan kecil, Ipod, alas duduk, sampai buku. Mereka pun berpiknik dengan suasana sejuk.
Tanpa sadar mereka menjadi dekat, dan bahkan kini mereka benar-benar tampak seperti sepasang kekasih.
“besok jangan lupa yaa” ucap kibum mengingatkan
“heum, aku bahkan sudah membuat alarm untuk besok. Euum.. ngomong-ngomong apa besok ada sesuatu yang special?” Tanya bomi penasaran.
“yaa, makanya kau harus datang” jawab kibum senang.
Matahari mulai menghilang, awan pun berubah menjadi begitu gelap. Hanya berhiaskan bintang dan bulan saja. mereka pun pulang dengan perasaan senang di hati mereka.

Di depan rumah bomi…
“aku pulang dulu ya, sampai ketemu besok” pamit kibum malam itu. Malam itu kibum kembali mencium kening bomi. Bahkan bomi juga sempat dipeluknya, seakan mereka akan berpisah untuk selamanya. Bomi pun begitu, entah mengapa saat kibum memluknya, ia seakan tak mau melepasnya pergi.
Dan kibum pun pulang setelah mengantarkan bomi.

***
17.00 KST
Saat aku sudah selesai berdandan, aku menuruni anak tangga di rumahku. Aku tak bisa berhenti tersenyum. Tapi… ibu dan ayah? Mengapa mereka memakai pakaian serba hitam? Memang siapa yang meninggal? Ucap bomi dalam hati.
“kau sudah siap?” Tanya ayah
“iya, tapi ayah dan ibu mau kemana? Kenapa pakaian kalian serba hitam?” Tanyaku penasaran. Namun, ibu dan ayah tak menjawab apapun. Mereka masuk ke dalam mobil. Aku pun ikut di dalamnya. Aku berpikir akan menumpang sampai di salah satu jalan. Di sepanjang jalan, ini kan… arah menuju rumah kibum. Rumahnya begitu ramai. Ada banyak orang di dalamnya. Dan mereka semua memakai pakaian hitam seperti orang tuaku. Ada apa ini?? Tanyaku dalam hati.
Aku dibawa ke satu ruangan, dimana terdapat foto kibum yang dikelilingi begitu banyak bunga. Seketika saja air mataku menetes.
“ada apa ini?!” tanyaku kepada semua orang yang ada di ruangan itu.
Tak lama, sesosok wanita dewasa menghampiriku. Itu ibunya kibum. Dia menghampiriku sambil meneteskan air mata. Ia juga membawa sesuatu di tangannya. Sebuah kotak berwarna putih bersih dengan pita berwarna pink diatasnya.

“ia meninggal pada malam itu. Setelah ia mengantarmu pulang, ia memang pulang ke rumah. Tetapi tidak lama. Kemudian dia pergi ke gedung itu. Gedung yang akan kalian pakai untuk tempat perayaan anniversary kalian” jelas ibu kibum
“ia meninggal karena kecelakaan mobil. Mobilnya menabrak mobil lain yang berlawanan arah. Oh ya bomi ini peninggalan terakhir kibum sebelum ia meninggal. Ia bilang kau baru boleh membukanya nanti malam. Saat kau sudah ada di kamarmu” sambung bibi padaku. Aku berlari keluar rumah kibum. Aku terus berlari. Air mataku tak bisa berhenti. Aku tak tau harus kemana. Sampai aku berhenti di suatu taman. Taman ini adalah taman dimana pertama kalinya aku dan kibum seperti sepasang kekasih.
Sore itu aku menangis sejadi-jadinya. Aku menyesal karna aku belum sempat mengucapkan bahwa aku sangat sangat mencintainya semenjak hari itu. Hari dimana pertama kali ia menggenggam tanganku.
Aku mengikuti langkah kakiku menuju rumah. Aku memasuki kamarku yang begitu dingin. Entah kenapa, suasana dikamarku mendadak menjadi dingin dan membuatku tak nyaman. Kemudian, aku teringat kotak kecil yang diberikan ibu kibum sore tadi. Aku perlahan membukanya.
Kotak itu berisi sehelai kertas dengan tulisan berwarna merah maroon, foto-fotoku bersama kibum sejak awal pacaran kami, dan beberapa hadiah kecil lainnya yang dulu aku tolak darinya. Aku hanya tertarik untuk membuka dan membaca surat yang ada di dalam kotak itu.

Dear park bomi…

Sejak awal bertemu denganmu aku sudah menyukaimu, walau aku tau kau tidak menyukaiku saat itu. Euum… apa kau tau? Kau itu galak, menyebalkan dan egois. Tapi entah kenapa aku tak bisa marah padamu walau hanya sekali. Setelah piknik hari ini, aku merasa aku akan pergi meninggalkanmu dalam waktu yang sangat lama. Itu sebabnya aku menulis surat ini, hari ini aku sangat senang, karna kau begitu cantik dan baik hati padaku. Kau berbeda dari yang biasanya. Aku senang melihatmu seperti itu.
Bomi-ssi, aku tidak sabar melihat cantiknya dirimu nanti ketika kau mengenakan dress pink dan high heels itu di hari anniversary kita. Aku tau kau tak ingat hari itu, tapi aku sangat mengingatnya dengan baik. Oh ya, aku tidak tau kau suka warna apa. Karna sifatmu yang seperti itu, aku jadi ragu dengan warna pilihanku. Aku harap kau mau terus memakainya walaupun kau tidak menyukai warnanya. Hehehe…
Aku sangat bahagia, karna malam ini aku dapat memelukmu dan mencium keningmu untuk yang kedua kali. Aku akan terus mengingat kejadian malam ini. Bomi-ssi, aku sempat berpikir, jika nanti aku meninggal, aku ingin kau terus mengingatku! Kau itu kan pelupa, aku ingin memberi saran untukmu. Ukirlah namaku di hatimu, jadi kau tidak akan pernah lupa denganku. Apa kau mengerti??? Ahahaha… sudah ya! Aku sibuk untuk mempersiapkan acara esok.. Daaa…
Saranghaeyo bomi-ssi!

Air mataku kembali menetes. Aku sangat menyesal dengan semua perlakuanku. Aku ingin ia kembali ke sisiku. Aku mohon tuhan….

Selang beberapa waktu setelah kibum meninggal. Aku sudah bisa mengikhlaskannya. Dress dan high heels pemberiannya masih kusimpan dengan baik di lemariku. Aku menjaganya dengan baik, karena itu satu-satunya pemberian kibum yang terakhir. Jujur saja aku masih ingin dia kembali kepadaku. Aku ingin meminta maaf padanya. Aku ingin meminta maaf untuk semuanya. Aku ingin dia tau bahwa aku mencintainya, tidak, aku bahkan sangat mencintainya. Aku memang sudah terlambat, dan aku ingin meminta maaf atas keterlambatanku menyadari perasaanku bahwa aku benar-benar mencintainya.
I’m so sorry kibum-ssi, I really don’t know that I love you too.
(Fin)

Senin, 12 November 2012

I'm so sorry..... (part 1)


“bisakah kau menjauh dariku??” ucapku sinis kepada seorang lelaki yang berdiri di depanku. Laki-laki itupun dengan sigap mundur dan menjaga jarak denganku.

            Aku park bomi.
            Aku berasal dari keluarga yang sederhana. Ayahku hanyalah pegawai swasta di salah satu perusahaan elektronik di korea. Ibuku, dia… adalah ibu rumah tangga yang sempurna untuk keluarga kami.
Laki-laki yang berada di dekatku itu, dia bernama kibum. Sejujurnya aku tak mencintainya sama sekali, menyukainya pun tidak. Aku selalu bersikap keras bila sedang bersama dengannya. Dia memang pacarku, tapi itu semua karna terpaksa!

-----------------------------------------------------Setahun lalu--------------------------------------------------
“bomi, bisa kau kemari sebentar sayang?” panggil ibu
Aku pun menghampiri ibuku yang sedang bersama dengan ayah di ruang keluarga.
“ada apa bu?” tanyaku lembut
Ibu mengelus halus rambutku yang terurai, “ibu sejujurnya agak sedikit khawatir dengan sifatmu yang selalu ketus jika di hadapan pria. Apa kau tidak ingin mempunyai pacar?” Tanya ibu dengan nada pelan
“mwo? Maksud ibu apa?” tanyaku cepat
“aniyo, hanya saja ibu ingin mengenalkanmu dengan seseorang” jelas ibu sambil merangkul pundakku.
Aku pun terperangah mendengar jawaban ibu. Tentu saja ibu bermaksud akan menjodohkan ku dengan anak laki-laki itu. Pasti. Sudah tidak salah lagi.

Esoknya…..
Ibu mengajakku ke sebuah restoran yang cukup elit. Tidak seperti biasanya, ini begitu aneh. Ucap bomi dalam hati. Instink-nya tepat. Tak berapa lama ia dan ibunya duduk di dalam restoran itu, datanglah sepasang suami istri dengan seorang anak laki-laki di belakang mereka yang mendekat ke meja dimana tempat kami duduk.
“annyeonghaseyo, nyonya park” ucap pasangan suami-istri itu bersamaan.
“aah, annyeonghaseyo nyonya kim. Aah, sudah lama sekali kita tidak bertemu. Silahkan duduk” ucap ibu ramah sambil mempersilahkan mereka duduk.
“aah, ini anak kami. kim kibum” ucap si nyonya kim memperkenalkan anaknya
“annyeonghaseyo” anak laki-laki itu mengucap salam sambil tersenyum manis.
Aku tidak menyukai senyumnya itu. Terkesan palsu dan dibuat-buat.
“aaah, anak anda sangat tampan. Oh iya, ini anak kami park bomi” balas nyonya park memperkenalkan bomi.
“annyeonghaseyo paman, bibi” ucapku sopan.
“bomi, kamu sangat cantik” puji orang tua kibum kepada bomi
“”terima kasih bibi” jawab bomi sopan
Ibu, aku, kibum dan kedua orang tuanya akhirnya asik mengobrol saat itu. Jelas sekali terlihat saat itu, bahwa maksud mereka ingin menjodohkan aku dan kibum. Aku tak ingin membuat ibu kecewa, jadi saat itu aku berpura-pura menyukai kibum.

Semenjak hari itu, aku dan kibum sering bertemu untuk sekedar jalan-jalan. Berhubung aku ingin menyenangkan hati ibu, aku tentu saja menurut dengan semua yang ia katakan termasuk untuk menemani kibum jalan-jalan sampai menjadikannya sebagai pacarku. Entah mengapa, ibu memilih dirinya. Ibu sangat yakin bahwa kibum lah yang terbaik untukku. Aku tak pernah melihat ibu seyakin ini. Jadi jangan salahkan aku jika sekarang aku sering bersikap ketus bila sedang bersamanya.
Kami berstatus pacaran hanya jika kami berada di depan orang tua kami. setelah itu… kami sama sekali seperti bukan layaknya pasangan. Kibum bahkan tak ku izinkan memegang tanganku.

***
“bomi-ssi, apa hari ini aku boleh mengajakmu ke suatu tempat?” Tanya kibum
“kemana?” Tanya ku balik
“suatu tempat. Sekali ini saja. mau ya…” pintanya dengan nada manja
“baiklah” jawabku singkat
Ini adalah pertama kalinya aku meng-iya-kan ajakannya karena keinginanku sendiri.
Kibum tak henti-hentinya tersenyum di dalam mobil. Hari ini, dia menjemputku di kampus. Satu lagi keanehan yang terjadi pada diriku hari ini, aku mau pulang bareng dengannya. Biasanya aku selalu menolak ajakannya.
“kibum, untuk apa kita ke mall?” tanyaku ketus
Kibum tak menjawab, hanya saja ia langsung menarik tanganku untuk mengikutinya masuk ke dalam mall itu. Dia menarikku sampai masuk ke dalam satu butik cantik.
“YA! Kibum-ssi, aku sudah pernah bilang kan bahwa kau tidak ku izinkan untuk memegang tanganku!” bentakku keras.
“apa kau tidak bisa menurutiku walau hanya sekali? Kau itu menyebalkan bomi-ssi!” jawabnya jujur. Dan itu pertama kalinya kibum berani memprotesku seperti itu. Kali itu aku benar-benar merasa kalah dan aku pun terdiam. Hari itu aku merasa aku bukanlah aku yang biasanya. Aku bahkan tak bisa marah padanya.
“ini cocok untukmu. Kau akan terlihat cantik mengenakan ini” ucap kibum sambil menunjukkan dress berwarna pink muda bercampur putih di hadapan bomi. Bomi hanya duduk terdiam di kursi empuk yang ada di dalam butik itu.
“aku beli yang ini yaa” ucap kibum lagi kepada wanita yang mejaga butik itu.
Setelah membeli dress itu, kibum pun berpindah ke toko sepatu. Ia membeli high heels cantik berwarna pink lagi. Sebenarnya, pink adalah warna yang tidak disukai bomi. Namun, karna bomi tidak protes sama sekali, kibum pun dengan senangnya memilih warna feminim itu untuk bomi. Tak berapa lama, kibum pun selesai. Ia mengajakku pulang.
“bomi-ssi, kenapa hari ini kau begitu diam? Ada apa denganmu?” Tanya kibum sambil menyetir.
“tidak, tidak apa-apa” jawabku singkat
Setelah kira-kira 30 menit di dalam mobil, akhirnya kami pun sampai di depan rumahku. Namun, aku tidak langsung turun karena kibum menahanku.
“ini untukmu. Pakailah ini di hari sabtu nanti” ucap kibum sambil menyerahkan kantong belanjaan yang berisi dress dan sepatu tadi.
Aku pun mengambilnya dan bermaksud turun dengan segera dari mobil kibum, tapi ia kembali menahanku. “ada apa lagi?” tanyaku dengan nada malas.
Kibum mendekatkan wajahnya padaku. Chuup…
Ia tiba-tiba saja mengecup keningku, “goodnight” ucapnya sambil tersenyum manis padaku. Aneh, aku malah terpesona setelahnya. Aku menatapnya dengan tatapan kosong.
“bomi-ssi, apa kau ingin ikut aku kembali ke rumahku??” Tanya kibum membangunkan lamunanku.
Aku dengan cepat turun dari mobilnya dan berlari masuk ke kamarku.
“aaarrgghh… ada apa denganku hari ini?!?!?!!” teriakku dalam kamar.
Mataku sempat melirik kantong belanjaan yang diberikan kibum padaku. Tanganku pun perlahan mengambil baju dan sepatu yang ada di dalam kantong itu. Aku pun mencobanya dan melihat diriku di depan cermin.
“ini cantik” ucap bomi tak sadar di depan cermin sambil tersenyum sendiri.
Setelah mencobanya, bomi pun menggantungnya dengan rapi di dalam lemari pakaiannya. Dan ia pun tertidur lelap malam itu.

***