Minggu, 18 November 2012

Kim Jong Woon (Part 2)


Sangat mengerikan. Kejadian semalam itu terus saja menghantui pikiran ku. Aku pun jadi tidak konsen untuk mengikuti perkuliahaan. Otak ku terus saja memikirkan kata-katanya semalam. Aiish, aku hampir gila dibuatnya. Yang tak habis pikir adalah ketika ia mengatakan bahwa ia telah menyukai ku selama 2 tahun. Apa benar? Tapi aku tidak pernah ingat dan aku juga tak pernah mengenal dia sebelumnya. Melihat wajahnya pun baru kali pertama, yaaa.. pas kejadian malam itu.
Aku duduk di taman dengan tatapan mata kosong. Mataku terus menatap ke depan dan tak berkedip. Entah mengapa aku tak bisa berhenti memikirkan si jong woon aneh itu.
“kau tak perlu heran atau bingung. Aku memang mengenalmu sejak lama, aku senang memperhatikan dirimu. Walaupun kau tak pernah mengenalku, tapi aku tak pernah mengharapkan itu”
Ada seseorang. Aku benar-benar kaget, jong woon kini tepat disamping ku. “apa kau hantu? Sejak kapan kau duduk disampingku?” tanyaku shock. Aku tidak menyadari akan kehadirannya di sampingku. Di menatapku lembut, dan tersenyum manis walau aku membentak dirinya. Siapa dia sebenarnya?
“aku… belum lama disini. Apa kau terkejut? Yaah, itulah dirimu. Tak pernah menyadari kehadiran orang lain di sekitarmu”. Dia sangat aneh. Aku sangat penasaran dengan dirinya dan siapa dia sebenarnya. “pergilah. Aku sedang tak ingin mendengarkan ocehanmu itu jong woon” ucapku dingin. Dia berdiri dan menatap air mancur yang berada di tengah taman itu. Merasakan angin yang berhembus dan menyapu poni yang ada di dahinya. Aku hanya menatapnya dengan tatapan penuh tanda tanya siapa dia. “aku.. adalah anak culun, tak bergaya, berasal dari keluarga sederhana dan aku satu sekolah dengan mu. Tapi sayangnya kau tak pernah menyadari keberadaan ku saat itu. Sama seperti saat ini.” Aku tetap tak mengerti kemana arah pembicaraannya itu. “aku selalu ada di belakang mu. Tapi kau… bahkan tak pernah melihat ke belakang walau hanya sekali, aku terima itu. Karena memang tak ada yang pernah menyadari kehadiranku. Aku suka caramu menatap seseorang, aku suka rambutmu ketika terurai dan aku suka senyum tulusmu itu. ippeuda~” terhenti sejenak dengan wajah tetap tersenyum manis itu, kemudian…
“sangat memalukan saat itu jika aku tiba-tiba muncul di hadapan mu dengan keadaan seperti itu. Aku sangat buruk rupa dan begitu menjijikan. Apa kau ingat padaku?” badannya berbalik dan aku hanya tertunduk. Aku tak berani menatap matanya. “aiiiish, paboya!! Aku tak seharusnya mengatakan ini padamu. Aku memang bodoh. Kau tak akan pernah mengingat…” belum selesai ia berbicara aku menyelanya dan “kau. Si culun yang sering di permalukan di depan kelas. Kau. Yesung. Apa aku benar?” aku masih tak berani menatapnya dan masih takut untuk mendengar semua jawabannya. Dia berlutut di depan ku dan menggenggam tanganku. Perlahan aku menatap dalam ke arah matanya. “gomawo” jawabnya sambil tersenyum. “for what?”
“terima kasih kau telah mengingatku kini. Aku senang. Aku tidak akan memintamu untuk melakukan banyak hal berat, dengan kau sudah mengingatku, aku sudah bahagia. jinjja gomawo” senyum manisnya itu sangat tulus. Aku… kini ku tersadar. Aku ini adalah gadis bodoh yang buta. Aku tak pernah menyadari ada lelaki baik hati dan tulus menyukaiku selama 2 tahun tapi aku tidak menyadari itu. Aku benar-benar bodoh. Reflek aku meneteskan air mata di depannya “mianhae. Jeongmal mianhae yesung” air mataku semakin deras membasahi wajahku. “gwaenchana” dia menjawabnya sambil menghapus air mata ku.
“aku berubah seperti ini hanya untukmu. Aku, selama 2 tahun itu terus mengumpulkan keberanianku untuk menegurmu. Dan… maafkan aku atas kejadian malam itu. dimana aku berkata kasar. Aku bingung apa yang harus aku katakan di depanmu saat itu. mianhae..”, aku hanya terdiam mendengarnya. Tak ada reaksi sedikitpun. Aku memang baru saja mengenalnya dan menyadari kehadirannya di dalam hidupku. Tapi, aku tak tahu mengapa seperti sudah mengenalnya sejak lama. Aku benar-benar bodoh. Tak sedikitpun aku menyadari kehadiran seorang malaikat seperti dirinya. Aku rasa aku mulai menyukainya.
Seiring berjalaannya waktu, kita menjadi sangat dekat seperti oppa dan dongsaeng. Sangat menyenangkan. Ia menjadi tempatku mengeluarkan semua isi hatiku. Dia juga selalu membantuku menyelesaikan masalah. Kedekatan kami membuat kami merasakan hal yang berbeda. Aku mulai mencintainya. Aku juga menyayanginya. Aku tak pernah mengira akan perasaan macam ini dalam hatiku. Karena perasaan itulah akhirnya kami memutuskan untuk menjadi sepasang kekasih. Hari-hariku begitu indah dan menyenangkan bersama orang yang dulunya tak pernah ku anggap kehadirannya. Dia KIM JONG WOON. Dia kini resmi menjadi kekasihku.  
Hampir satu tahun sudah kami menjalin hubungan.                                                                   
Tak ada masalah berarti selama ini yang mengganggu kami. Aku tak pernah merasakan ini sebelumnya. Begitu membahagiakan. Tapi… ada yang aneh dengan jong woon akhir-akhir ini. Ia setiap hari selasa, rabu dan jumat selalu berpergian sendiri. Awalnya aku membiarkannya seperti itu. Tapi, lama kelamaan ada yang aneh. Apa mungkin ia selingkuh di belakangku? Pikirku negative. Ada rasa trauma dan cemas yang kini menghantuiku. Aku takut masa lalu ku dengan semua mantan pacarku terulang kembali. Rasa curiga ku akhirnya membawaku mengendarai mobilku dan mengikutinya dari belakang. Aku tak tau mau kemana ia akan pergi. Aku hanya mengikuti arah kemana mobilnya melaju. 45 menit perjalanan dia berhenti tepat di depan sebuah gedung besar. Rumah sakit.
Begitu banyak tanda tanya di dalam otakku kini. Apa yang mau ia lakukan di rumah sakit? Memang ada yang sakit? Atau dia yang sakit? Tidak mungkin. Ia selama ini selalu terlihat sehat dan segar. Ia memasuki rumah sakit itu. Aku pun mengikutinya masuk ke dalam. Dan ia masuk ke ruang dokter. Apa yang ia lakukan? Aku masih tak mengerti. Aku berusaha menguping pembicaraan mereka dari depan pintu ruangan itu. Kebetulan pintunya tidak di kunci dengan benar, jadi aku bisa mendengar pembicaraan mereka dengan jelas.
Dokter            : selamat siang jong woon. Apa kabarmu hari ini?
JW                  : siang. Aku selalu baik.
Dokter            : baguslah. Wajahmu kini lebih terlihat segar. Apa obat dari ku berfungsi dengan baik? Hahaha…
JW                 : *tersenyum manis* aku tidak tau apa obat itu berfungsi atau tidak, tapi aku kini mempuyai obat ampuh untuk itu.
Dokter            : apa itu?
JW                 : jatuh cinta. Itu obatnya.
Dokter            : begitukah? Ahahahaha.. sepertinya kau telah menemukan soulmate mu ya.
Sebenarnya apa yang mereka ingin bicarakan. Aku sama sekali tak mengerti. Obat apa? memangnya jong woon sakit apa? dia tak pernah mengatakannya padaku.
JW                  : aku selalu mencoba menjadi yang terbaik untuknya.
Dokter            : apa dia sudah tau?
JW                  : *menggelengkan kepala*
Dokter            : kau… apa yang sedang kau pikirkan? Kau membiarkannya berada dalam semua kebohonganmu, begitu? Ini yang kau inginkan? Ini yang kau bilang melakukan yang terbaik?
JW                  : aku tak ingin membuatnya menangis di bawah rintikan hujan. Dia akan sakit.
Dokter            : dia akan lebih sakit jika kau terus menyembunyikan ini darinya.
                          Berhentilah bersembunyi.
JW                  : aku hanya ingin memberikan senyuman dan tawa ku saja di depannya, tidak untuk semua air mata ku.
Dokter            : jong woon. Kau…benar-benar mencintainya? Begitukah? Baiklah. Lakukan apa yang menurutmu baik.
JW                 : *berdiri dan keluar*
Aku berpura-pura sebagai pasien yang sedang menunggu.
Dari pembicaraan di antara mereka, kesimpulannya hanya satu. Jong woon menyimpan sebuah rahasia. Apa itu? dia tak pernah mengatakannya padaku. Begitulah jong woon, dia selalu berhasil menjadi orang misterius di sampingku. Dia selalu membuatku terus menyimpan tanda tanya akan dirinya. Apa yang ia sembunyikan dariku?
Sesampainya di rumah, aku terkejut. Jong woon sudah ada di depan rumah ku. Dia duduk sambil tersenyum ketika melihat mobilku parkir di garasi rumah. “annyeong oppa. Sudah lama menungguku?” tanyaku pelan. “tidak, aku baru saja sampai” jawabnya. Kami kemudian masuk ke dalam rumah. Berbincang-bincang. Aku tak mau menanyakan hal tersebut sampai ia yang akan mengatakannya sendiri padaku. Di tengah pembicaraan kami, jong woon sempat terdiam sejenak. Seperti memikirkan sesuatu. “ada apa oppa?” tanyaku penasaran. Berharap ia akan mengatakan semuanya mengenai rahasianya padaku. “aniyo. Gwenchana.” Jawabnya. “are you sure?” tanyaku lagi. namun dia hanya mengangguk dan tersenyum padaku. Aku rasa ia belum siap mengatakannya padaku sekarang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar