Sangat
mengerikan. Kejadian semalam itu terus saja menghantui pikiran ku. Aku pun jadi
tidak konsen untuk mengikuti perkuliahaan. Otak ku terus saja memikirkan
kata-katanya semalam. Aiish, aku hampir gila dibuatnya. Yang tak habis pikir
adalah ketika ia mengatakan bahwa ia telah menyukai ku selama 2 tahun. Apa
benar? Tapi aku tidak pernah ingat dan aku juga tak pernah mengenal dia
sebelumnya. Melihat wajahnya pun baru kali pertama, yaaa.. pas kejadian malam
itu.
Aku duduk di
taman dengan tatapan mata kosong. Mataku terus menatap ke depan dan tak
berkedip. Entah mengapa aku tak bisa berhenti memikirkan si jong woon aneh itu.
“kau tak perlu
heran atau bingung. Aku memang mengenalmu sejak lama, aku senang memperhatikan
dirimu. Walaupun kau tak pernah mengenalku, tapi aku tak pernah mengharapkan
itu”
Ada seseorang.
Aku benar-benar kaget, jong woon kini tepat disamping ku. “apa kau hantu? Sejak
kapan kau duduk disampingku?” tanyaku shock. Aku tidak menyadari akan
kehadirannya di sampingku. Di menatapku lembut, dan tersenyum manis walau aku
membentak dirinya. Siapa dia sebenarnya?
“aku… belum lama
disini. Apa kau terkejut? Yaah, itulah dirimu. Tak pernah menyadari kehadiran
orang lain di sekitarmu”. Dia sangat aneh. Aku sangat penasaran dengan dirinya
dan siapa dia sebenarnya. “pergilah. Aku sedang tak ingin mendengarkan ocehanmu
itu jong woon” ucapku dingin. Dia berdiri dan menatap air mancur yang berada di
tengah taman itu. Merasakan angin yang berhembus dan menyapu poni yang ada di
dahinya. Aku hanya menatapnya dengan tatapan penuh tanda tanya siapa dia.
“aku.. adalah anak culun, tak bergaya, berasal dari keluarga sederhana dan aku
satu sekolah dengan mu. Tapi sayangnya kau tak pernah menyadari keberadaan ku
saat itu. Sama seperti saat ini.” Aku tetap tak mengerti kemana arah
pembicaraannya itu. “aku selalu ada di belakang mu. Tapi kau… bahkan tak pernah
melihat ke belakang walau hanya sekali, aku terima itu. Karena memang tak ada
yang pernah menyadari kehadiranku. Aku suka caramu menatap seseorang, aku suka
rambutmu ketika terurai dan aku suka senyum tulusmu itu. ippeuda~” terhenti
sejenak dengan wajah tetap tersenyum manis itu, kemudian…
“sangat
memalukan saat itu jika aku tiba-tiba muncul di hadapan mu dengan keadaan
seperti itu. Aku sangat buruk rupa dan begitu menjijikan. Apa kau ingat
padaku?” badannya berbalik dan aku hanya tertunduk. Aku tak berani menatap
matanya. “aiiiish, paboya!! Aku tak seharusnya mengatakan ini padamu. Aku
memang bodoh. Kau tak akan pernah mengingat…” belum selesai ia berbicara aku
menyelanya dan “kau. Si culun yang sering di permalukan di depan kelas. Kau.
Yesung. Apa aku benar?” aku masih tak berani menatapnya dan masih takut untuk
mendengar semua jawabannya. Dia berlutut di depan ku dan menggenggam tanganku.
Perlahan aku menatap dalam ke arah matanya. “gomawo” jawabnya sambil tersenyum.
“for what?”
“terima kasih
kau telah mengingatku kini. Aku senang. Aku tidak akan memintamu untuk
melakukan banyak hal berat, dengan kau sudah mengingatku, aku sudah bahagia.
jinjja gomawo” senyum manisnya itu sangat tulus. Aku… kini ku tersadar. Aku ini
adalah gadis bodoh yang buta. Aku tak pernah menyadari ada lelaki baik hati dan
tulus menyukaiku selama 2 tahun tapi aku tidak menyadari itu. Aku benar-benar
bodoh. Reflek aku meneteskan air mata di depannya “mianhae. Jeongmal mianhae
yesung” air mataku semakin deras membasahi wajahku. “gwaenchana” dia
menjawabnya sambil menghapus air mata ku.
“aku berubah
seperti ini hanya untukmu. Aku, selama 2 tahun itu terus mengumpulkan
keberanianku untuk menegurmu. Dan… maafkan aku atas kejadian malam itu. dimana
aku berkata kasar. Aku bingung apa yang harus aku katakan di depanmu saat itu.
mianhae..”, aku hanya terdiam mendengarnya. Tak ada reaksi sedikitpun. Aku
memang baru saja mengenalnya dan menyadari kehadirannya di dalam hidupku. Tapi,
aku tak tahu mengapa seperti sudah mengenalnya sejak lama. Aku benar-benar
bodoh. Tak sedikitpun aku menyadari kehadiran seorang malaikat seperti dirinya.
Aku rasa aku mulai menyukainya.
Seiring
berjalaannya waktu, kita menjadi sangat dekat seperti oppa dan dongsaeng.
Sangat menyenangkan. Ia menjadi tempatku mengeluarkan semua isi hatiku. Dia
juga selalu membantuku menyelesaikan masalah. Kedekatan kami membuat kami
merasakan hal yang berbeda. Aku mulai mencintainya. Aku juga menyayanginya. Aku
tak pernah mengira akan perasaan macam ini dalam hatiku. Karena perasaan itulah
akhirnya kami memutuskan untuk menjadi sepasang kekasih. Hari-hariku begitu indah
dan menyenangkan bersama orang yang dulunya tak pernah ku anggap kehadirannya.
Dia KIM JONG WOON. Dia kini resmi menjadi kekasihku.
Hampir satu tahun sudah kami menjalin hubungan.
Tak ada masalah
berarti selama ini yang mengganggu kami. Aku tak pernah merasakan ini
sebelumnya. Begitu membahagiakan. Tapi… ada yang aneh dengan jong woon
akhir-akhir ini. Ia setiap hari selasa, rabu dan jumat selalu berpergian
sendiri. Awalnya aku membiarkannya seperti itu. Tapi, lama kelamaan ada yang
aneh. Apa mungkin ia selingkuh di belakangku? Pikirku negative. Ada rasa trauma
dan cemas yang kini menghantuiku. Aku takut masa lalu ku dengan semua mantan
pacarku terulang kembali. Rasa curiga ku akhirnya membawaku mengendarai mobilku
dan mengikutinya dari belakang. Aku tak tau mau kemana ia akan pergi. Aku hanya
mengikuti arah kemana mobilnya melaju. 45 menit perjalanan dia berhenti tepat
di depan sebuah gedung besar. Rumah sakit.
Begitu banyak
tanda tanya di dalam otakku kini. Apa yang mau ia lakukan di rumah sakit?
Memang ada yang sakit? Atau dia yang sakit? Tidak mungkin. Ia selama ini selalu
terlihat sehat dan segar. Ia memasuki rumah sakit itu. Aku pun mengikutinya
masuk ke dalam. Dan ia masuk ke ruang dokter. Apa yang ia lakukan? Aku masih
tak mengerti. Aku berusaha menguping pembicaraan mereka dari depan pintu
ruangan itu. Kebetulan pintunya tidak di kunci dengan benar, jadi aku bisa
mendengar pembicaraan mereka dengan jelas.
Dokter : selamat siang jong woon. Apa
kabarmu hari ini?
JW : siang. Aku selalu baik.
Dokter : baguslah. Wajahmu kini lebih
terlihat segar. Apa obat dari ku berfungsi dengan baik? Hahaha…
JW : *tersenyum manis* aku tidak
tau apa obat itu berfungsi atau tidak, tapi aku kini mempuyai obat ampuh untuk
itu.
Dokter : apa itu?
JW : jatuh cinta. Itu obatnya.
Dokter : begitukah? Ahahahaha.. sepertinya
kau telah menemukan soulmate mu ya.
Sebenarnya apa
yang mereka ingin bicarakan. Aku sama sekali tak mengerti. Obat apa? memangnya
jong woon sakit apa? dia tak pernah mengatakannya padaku.
JW : aku selalu mencoba menjadi
yang terbaik untuknya.
Dokter : apa dia sudah tau?
JW : *menggelengkan kepala*
Dokter : kau… apa yang sedang kau pikirkan?
Kau membiarkannya berada dalam semua kebohonganmu, begitu? Ini yang kau
inginkan? Ini yang kau bilang melakukan yang terbaik?
JW : aku tak ingin membuatnya
menangis di bawah rintikan hujan. Dia akan sakit.
Dokter : dia akan lebih sakit jika kau
terus menyembunyikan ini darinya.
Berhentilah bersembunyi.
JW : aku hanya ingin memberikan
senyuman dan tawa ku saja di depannya, tidak untuk semua air mata ku.
Dokter : jong woon. Kau…benar-benar
mencintainya? Begitukah? Baiklah. Lakukan apa yang menurutmu baik.
JW : *berdiri dan keluar*
Aku berpura-pura
sebagai pasien yang sedang menunggu.
Dari pembicaraan
di antara mereka, kesimpulannya hanya satu. Jong woon menyimpan sebuah rahasia.
Apa itu? dia tak pernah mengatakannya padaku. Begitulah jong woon, dia selalu
berhasil menjadi orang misterius di sampingku. Dia selalu membuatku terus
menyimpan tanda tanya akan dirinya. Apa yang ia sembunyikan dariku?
Sesampainya di
rumah, aku terkejut. Jong woon sudah ada di depan rumah ku. Dia duduk sambil
tersenyum ketika melihat mobilku parkir di garasi rumah. “annyeong oppa. Sudah
lama menungguku?” tanyaku pelan. “tidak, aku baru saja sampai” jawabnya. Kami
kemudian masuk ke dalam rumah. Berbincang-bincang. Aku tak mau menanyakan hal
tersebut sampai ia yang akan mengatakannya sendiri padaku. Di tengah pembicaraan
kami, jong woon sempat terdiam sejenak. Seperti memikirkan sesuatu. “ada apa
oppa?” tanyaku penasaran. Berharap ia akan mengatakan semuanya mengenai
rahasianya padaku. “aniyo. Gwenchana.” Jawabnya. “are you sure?” tanyaku lagi.
namun dia hanya mengangguk dan tersenyum padaku. Aku rasa ia belum siap
mengatakannya padaku sekarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar