Minggu, 18 November 2012

Kim Jong Woon (part 3)

Setelah cukup lama, ia berdiri dan bilang “aku tunggu kau di taman bermain, malam ini. Jam 8. Di depan little little candy” lalu ia berlalu dan pulang. Little little candy merupakan komedi putar yang menjadi favorit semua pasangan kekasih di korea. Aku bersiap-siap kemudian. Aku berdandan secantik mungkin. Aku mengenakan dress berwarna putih dan sepatu high heels dengan hak yang tidak begitu tinggi dan bertali berwarna hitam.
Rambutku ku biarkan terurai. Aku juga menyemprotkan parfum ke seluruh tubuhku. Aku rasa aku sudah cantik. Kali ini aku tak ingin membawa mobilku, aku memesan taksi untuk mengantarku ke taman itu. walaupun jaraknya tidak begitu jauh, tetap saja aku tak mau kecantikanku malam ini luntur karena aku harus menyetir mobilku sendiri. Its perfect !!! like princess.
Sesampainya disana. Aku heran dan bingung. Disini begitu sepi. Tidak ada satupun yang bermain di area ini. Tidak seperti biasanya. Namun, semua wahana menyala. Lampunya pun begitu terang. Apa-apaan ini? Apa jong woon sedang mengerjaiku sekarang? Aku tak percaya. Apa yang harus aku lakukan di tempat se-sepi ini? Aku kemudian mencoba melangkahkan kaki untuk memasuki arena taman bermain ini. Tak ada seorangpun kecuali para penjaga dan petugas di taman bermain ini. Loket membeli tiket masuk saja tidak berpenghuni malam ini. Aku melihat sekeliling. Benar-benar sepi.
Aku kemudian masuk dan menuju little little candy. Jong woon. Dia sudah berdiri disana. Dengan jas berwarna hitam. Aku mendekatinya di begitu wangi dan rapi malam ini. Sangat tampan. “oppa” aku memanggilnya. “hem, kau sudah datang. Baiklah ayo kita naik ini. Kaja!!!” aku pun tanpa banyak bertanya langsung masuk ke dalam little little candy ini. Bergerak. Perlahan menuju puncak tertinggi. Aku dapat melihat indahnya kota seoul di malam hari dari sini. Aku terpesona dengan semua keindahan ini. “kau senang?” tanyanya. Aku mengangguk bahagia. Ini adalah kencan ter- romantis yang pernah aku alami. Begitu sederhana, namun dapat melelehkan hatiku dalam sekejap. Tiba-tiba saja jong woon memelukku dari belakang, kepalanya bersandar di bahuku. Aku tak berkutik. Seakan badanku telah kaku dibuatnya. “oppa…”
“biarkan aku memelukmu seperti ini. Hanya lima menit. jebal~”
“oppa…”
“waktuku tidak banyak. Mungkin hanya hari ini, atau dua hari lagi, atau bahkan tinggal lima menit lagi? jadi, aku mohon biarkan aku memilikimu malam ini. Seperti ini, sebentar saja.”
Aku terdiam. Aku ingin menangis tak tau kenapa. Aku merasa ada sesuatu yang aneh dengan dirinya. Perasaanku menjadi tidak enak. Semoga tidak terjadi apa-apa. doaku dalam hati.
“aku… mungkin waktuku tak banyak lagi. aku ingin kau terus bersama denganku, tapi itu tidak mungkin. Kau masih berhak untuk menjalani masa depanmu itu.”
“apa maksudmu oppa?” tanyaku sambil melepaskan pelukannya dan berbalik menatapnya. Dia terdiam cukup lama. Tak ada satu kata pun yang terucap darinya. Aku penasaran. Dan terus saja menatap kearah dirinya. “kau tau? Aku begitu bodoh. Aku membiarkanmu jatuh cinta pada orang sepertiku, aku tak seharusnya melakukan itu.” dia meneteskan air matanya di hadapanku. Itu pertama kalinya aku melihat langsung air mata jong woon. Dia terlihat begitu terbebani. Seakan ada masalah berat yang menimpa kehidupannya. Aku memegang pipinya. Dan membuatnya menatap ku. “ada apa oppa? Ceritakan semuanya.”
“belum ada sampai saat ini”
“mwo?”
“donor ginjal untukku. Aku mungkin bisa mati. Karena donor ginjal selama ini, belum ada yang cocok denganku. Aku selalu membuatmu berpikir bahwa aku baik-baik saja, iya kan? Aku sengaja melakukan itu. kau…”
“waeyo? Waeyo oppa?” aku menitikkan air mataku.
“kau… kau hanya boleh melihatku dalam keadaan tersenyum manis, terlihat sehat dan bahagia. Sedangkan, semua kesedihan ku, air mataku hanya aku dan tuhan yang mengetahuinya. Aku tak ingin melihatmu berjalan kaki menuju rumahmu dalam keadaan hujan deras. Aku tak ingin kau sakit.”
“kau tau oppa? Aku sudah sakit saat ini. Kau membiarkanku terus saja begini. Tersenyum seakan-akan tak terjadi apa-apa. padahal orang yang kucintai sedang menderita. Apa ini yang disebut kekasih? Kau menyembunyikan semuanya dengan baik. Sampai aku merasa telah dibodohi sampai sejauh ini. Kau… kau jahat oppa”
“yaa.. aku memang jahat. Tapi aku melakukan ini karena aku begitu menyayangimu. Apa aku salah? Aku tak akan membiarkan siapapun membuatmu menangis dibawah hujan. Walaupun itu diriku sendiri”
Aku memukulnya sekeras mungkin. Aku bahkan menamparnya. Aku marah padanya. Dia menyembunyikan semua ini satu tahun, dan sampai sejauh itu aku tidak mengetahuinya. Kekasih macam apa aku??? Orang yang ku sayangi hampir mati, umurnya kini diujung tanduk kematian, dan aku baru mengetahuinya sekarang? Dia benar-benar keterlaluan. Tak punya perasaan. “pukul aku sepuasmu. Setelah itu aku tidak bisa menemanimu lagi, menjagamu dan bermain bersama denganmu. Hari ini kau boleh perlakukan ku semaumu nadia. Nae yeojachingu.” Aku menangis. Tubuhku melemas tak berdaya. Aku tak percaya semua ini dan semua ucapannya. “saranghae nadia. Sinca sarangahe.” Kemudian ia berlutut di hadapanku dan memegang tanganku. Dia memasukkan cincin ke jari manisku. Aku tak bisa menghentikan tangisanku. “disaat aku tak menemukan donor ginjal untukku, dan disaat waktuku telah habis berjanjilah untuk selalu mengingatku di dalam hatimu. Berjanjilah kau akan selalu mengingat semuanya. Berjanjilah.” Aku menangis tak kunjung henti. Aku menggelengkan kepalaku “aniyo oppa. Kau tidak akan meninggalkan ku. Kau tidak akan membiarkanku sendirian oppa. Kau pernah berjanji akan selalu disampingku. Kau akan mendapatkan donor ginjal itu oppa”. Dia tak menjawab, dia hanya tersenyum manis. “saranghae~” dia mencium keningku dan pipiku. Senyumnya itu begitu manis sampai aku tak ingin melepaskannya dari hidupku. Kemudian dia juga menciumku dengan lembut. Ciuman malam itu adalah first kiss untukku. Begitu indah memang, tapi juga begitu menyakitkan. Hatiku terasa sakit seperti ada sesuatu yang menekan hatiku. Begitu sakit. Aku sangat berharap bahwa semua yang ia katakan malam ini adalah bohong. Aku begitu sedih dan sakit saat mendengar kenyataan itu. malam itu berlalu begitu saja. Hanya meninggalkan kesedihan mendalam di hatiku. Aku hanya mengurung diriku di kamar, anehnya jong woon tidak menelfonku atau mengirimkan sms padaku untuk menanyakan kabarku. Ada yang aneh. Aku memutuskan keluar kamar dan pergi menemuinya di rumah.
Ting tong….
Aku membunyikan bel rumahnya.
Berharap dia yang membukakan pintu untukku. Ternyata aku salah. Pembantu rumah tangganyalah yang keluar dan membukakan pintu untukku.
“annyeong, apa ada jong woon?”
“ohh, tidak ada. Jong woon-ssi sudah pergi dari tadi pagi. Tapi ia menitipkan pesan padaku. Jika ada wanita yang mencarinya, aku dimintanya untuk mengantarkanmu ke kamarnya”
“ne, gomawo” 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar