Rambutku ku
biarkan terurai. Aku juga menyemprotkan parfum ke seluruh tubuhku. Aku rasa aku
sudah cantik. Kali ini aku tak ingin membawa mobilku, aku memesan taksi untuk
mengantarku ke taman itu. walaupun jaraknya tidak begitu jauh, tetap saja aku
tak mau kecantikanku malam ini luntur karena aku harus menyetir mobilku
sendiri. Its perfect !!! like princess.
Sesampainya
disana. Aku heran dan bingung. Disini begitu sepi. Tidak ada satupun yang
bermain di area ini. Tidak seperti biasanya. Namun, semua wahana menyala.
Lampunya pun begitu terang. Apa-apaan ini? Apa jong woon sedang mengerjaiku
sekarang? Aku tak percaya. Apa yang harus aku lakukan di tempat se-sepi ini?
Aku kemudian mencoba melangkahkan kaki untuk memasuki arena taman bermain ini.
Tak ada seorangpun kecuali para penjaga dan petugas di taman bermain ini. Loket
membeli tiket masuk saja tidak berpenghuni malam ini. Aku melihat sekeliling.
Benar-benar sepi.
Aku kemudian
masuk dan menuju little little candy. Jong woon. Dia sudah berdiri disana.
Dengan jas berwarna hitam. Aku mendekatinya di begitu wangi dan rapi malam ini.
Sangat tampan. “oppa” aku memanggilnya. “hem, kau sudah datang. Baiklah ayo
kita naik ini. Kaja!!!” aku pun tanpa banyak bertanya langsung masuk ke dalam
little little candy ini. Bergerak. Perlahan menuju puncak tertinggi. Aku dapat
melihat indahnya kota seoul di malam hari dari sini. Aku terpesona dengan semua
keindahan ini. “kau senang?” tanyanya. Aku mengangguk bahagia. Ini adalah
kencan ter- romantis yang pernah aku alami. Begitu sederhana, namun dapat
melelehkan hatiku dalam sekejap. Tiba-tiba saja jong woon memelukku dari
belakang, kepalanya bersandar di bahuku. Aku tak berkutik. Seakan badanku telah
kaku dibuatnya. “oppa…”
“biarkan aku
memelukmu seperti ini. Hanya lima menit. jebal~”
“oppa…”
“waktuku tidak
banyak. Mungkin hanya hari ini, atau dua hari lagi, atau bahkan tinggal lima
menit lagi? jadi, aku mohon biarkan aku memilikimu malam ini. Seperti ini,
sebentar saja.”
Aku terdiam. Aku
ingin menangis tak tau kenapa. Aku merasa ada sesuatu yang aneh dengan dirinya.
Perasaanku menjadi tidak enak. Semoga tidak terjadi apa-apa. doaku dalam hati.
“aku… mungkin
waktuku tak banyak lagi. aku ingin kau terus bersama denganku, tapi itu tidak
mungkin. Kau masih berhak untuk menjalani masa depanmu itu.”
“apa maksudmu
oppa?” tanyaku sambil melepaskan pelukannya dan berbalik menatapnya. Dia
terdiam cukup lama. Tak ada satu kata pun yang terucap darinya. Aku penasaran.
Dan terus saja menatap kearah dirinya. “kau tau? Aku begitu bodoh. Aku
membiarkanmu jatuh cinta pada orang sepertiku, aku tak seharusnya melakukan
itu.” dia meneteskan air matanya di hadapanku. Itu pertama kalinya aku melihat
langsung air mata jong woon. Dia terlihat begitu terbebani. Seakan ada masalah
berat yang menimpa kehidupannya. Aku memegang pipinya. Dan membuatnya menatap
ku. “ada apa oppa? Ceritakan semuanya.”
“belum ada
sampai saat ini”
“mwo?”
“donor ginjal
untukku. Aku mungkin bisa mati. Karena donor ginjal selama ini, belum ada yang
cocok denganku. Aku selalu membuatmu berpikir bahwa aku baik-baik saja, iya
kan? Aku sengaja melakukan itu. kau…”
“waeyo? Waeyo oppa?”
aku menitikkan air mataku.
“kau… kau hanya
boleh melihatku dalam keadaan tersenyum manis, terlihat sehat dan bahagia.
Sedangkan, semua kesedihan ku, air mataku hanya aku dan tuhan yang
mengetahuinya. Aku tak ingin melihatmu berjalan kaki menuju rumahmu dalam
keadaan hujan deras. Aku tak ingin kau sakit.”
“kau tau oppa?
Aku sudah sakit saat ini. Kau membiarkanku terus saja begini. Tersenyum
seakan-akan tak terjadi apa-apa. padahal orang yang kucintai sedang menderita.
Apa ini yang disebut kekasih? Kau menyembunyikan semuanya dengan baik. Sampai
aku merasa telah dibodohi sampai sejauh ini. Kau… kau jahat oppa”
“yaa.. aku
memang jahat. Tapi aku melakukan ini karena aku begitu menyayangimu. Apa aku
salah? Aku tak akan membiarkan siapapun membuatmu menangis dibawah hujan.
Walaupun itu diriku sendiri”
Aku memukulnya
sekeras mungkin. Aku bahkan menamparnya. Aku marah padanya. Dia menyembunyikan
semua ini satu tahun, dan sampai sejauh itu aku tidak mengetahuinya. Kekasih
macam apa aku??? Orang yang ku sayangi hampir mati, umurnya kini diujung tanduk
kematian, dan aku baru mengetahuinya sekarang? Dia benar-benar keterlaluan. Tak
punya perasaan. “pukul aku sepuasmu. Setelah itu aku tidak bisa menemanimu
lagi, menjagamu dan bermain bersama denganmu. Hari ini kau boleh perlakukan ku
semaumu nadia. Nae yeojachingu.” Aku menangis. Tubuhku melemas tak berdaya. Aku
tak percaya semua ini dan semua ucapannya. “saranghae nadia. Sinca sarangahe.”
Kemudian ia berlutut di hadapanku dan memegang tanganku. Dia memasukkan cincin
ke jari manisku. Aku tak bisa menghentikan tangisanku. “disaat aku tak
menemukan donor ginjal untukku, dan disaat waktuku telah habis berjanjilah
untuk selalu mengingatku di dalam hatimu. Berjanjilah kau akan selalu mengingat
semuanya. Berjanjilah.” Aku menangis tak kunjung henti. Aku menggelengkan
kepalaku “aniyo oppa. Kau tidak akan meninggalkan ku. Kau tidak akan membiarkanku
sendirian oppa. Kau pernah berjanji akan selalu disampingku. Kau akan
mendapatkan donor ginjal itu oppa”. Dia tak menjawab, dia hanya tersenyum
manis. “saranghae~” dia mencium keningku dan pipiku. Senyumnya itu begitu manis
sampai aku tak ingin melepaskannya dari hidupku. Kemudian dia juga menciumku
dengan lembut. Ciuman malam itu adalah first kiss untukku. Begitu indah memang,
tapi juga begitu menyakitkan. Hatiku terasa sakit seperti ada sesuatu yang
menekan hatiku. Begitu sakit. Aku sangat berharap bahwa semua yang ia katakan
malam ini adalah bohong. Aku begitu sedih dan sakit saat mendengar kenyataan
itu. malam itu berlalu begitu saja. Hanya meninggalkan kesedihan mendalam di
hatiku. Aku hanya mengurung diriku di kamar, anehnya jong woon tidak menelfonku
atau mengirimkan sms padaku untuk menanyakan kabarku. Ada yang aneh. Aku
memutuskan keluar kamar dan pergi menemuinya di rumah.
Ting
tong….
Aku
membunyikan bel rumahnya.
Berharap dia
yang membukakan pintu untukku. Ternyata aku salah. Pembantu rumah tangganyalah
yang keluar dan membukakan pintu untukku.
“annyeong, apa
ada jong woon?”
“ohh, tidak ada.
Jong woon-ssi sudah pergi dari tadi pagi. Tapi ia menitipkan pesan padaku. Jika
ada wanita yang mencarinya, aku dimintanya untuk mengantarkanmu ke kamarnya”
“ne, gomawo”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar